Setiap kali kita menyetir mobil matic di tengah kemacetan kota, sering kali kita lupa bahwa ada sejarah panjang di balik teknologi itu. Padahal, kenyamanan tersebut bukanlah sesuatu yang terjadi secara instan. Ada banyak percobaan, kegagalan, hingga akhirnya muncul sistem yang membuat kaki kiri kita bisa istirahat saat berkendara.
Oleh karena itu, menarik rasanya menelusuri siapa sebenarnya yang pertama menciptakan transmisi otomatis. Karena, tanpa mereka, mungkin kita masih berjibaku dengan pedal kopling setiap hari.
Kalau kita kembali ke awal abad ke-20, tepatnya pada tahun 1904, dua bersaudara bernama Charles dan Frank Sturtevant dari Boston menciptakan sistem transmisi otomatis pertama di dunia. Meskipun begitu, desain mereka masih sangat sederhana dan jauh dari kata sempurna.
Sistem mereka menggunakan bobot sentrifugal untuk memindahkan gigi secara otomatis.
Namun sayangnya, material saat itu belum cukup kuat.
Akibatnya, sistem sering rusak ketika gigi berpindah terlalu cepat.
Meski belum berhasil secara komersial, penemuan mereka menandai awal mula perjalanan panjang transmisi otomatis.
“Saya membaca dokumentasi awalnya, dan meski terlihat sederhana, konsep dasarnya cukup berani untuk zamannya.”
Beberapa dekade setelahnya, tepatnya tahun 1921, seorang insinyur uap asal Kanada bernama Alfred Horner Munro mematenkan desain transmisi otomatis berbasis udara tekan. Meskipun bukan yang pertama mengimplementasikan sistem otomatis secara massal, Munro tercatat sebagai penemu transmisi otomatis pertama yang sah secara hukum.
Sistemnya menggunakan udara tekan, bukan cairan hidraulik.
Karena torsi udara rendah, teknologinya tidak praktis untuk kendaraan berat.
Namun tetap saja, ini adalah momen penting dalam sejarah otomotif.
Sebagai informasi tambahan, patennya keluar pada tahun 1923. Sayangnya, tidak banyak produsen mobil yang tertarik saat itu. Namun, kontribusinya tetap signifikan dalam sejarah transmisi.
Beralih ke tahun 1930-an, perkembangan besar datang dari Brasil. Dua insinyur, José Braz Araripe dan Fernando Lehly Lemos, berhasil mengembangkan sistem transmisi otomatis berbasis fluida hidraulik. Kemudian, teknologi ini dibeli oleh General Motors dan disempurnakan menjadi Hydra-Matic.
Pada tahun 1940, Oldsmobile menjadi mobil pertama yang menggunakan Hydra-Matic.
Sistem ini jauh lebih efisien dibanding penemuan sebelumnya.
Perpindahan gigi menjadi jauh lebih halus dan responsif.
Karena performanya terbukti andal, Hydra-Matic akhirnya menjadi standar baru dalam dunia otomotif. Bahkan, sistem ini digunakan juga dalam kendaraan militer saat Perang Dunia II.
“Saya pernah membongkar unit Hydra-Matic 1940, dan desainnya memang mengesankan. Bahkan untuk ukuran sekarang pun, itu tetap terlihat solid.”
Perdebatan soal siapa yang benar-benar pantas disebut “bapak transmisi otomatis” masih berlangsung. Meskipun Munro mematenkan sistem pertama, ada beberapa tokoh lain yang juga berperan besar.
Banker berasal dari Armenia dan kemudian pindah ke Amerika.
Ia merancang sistem yang lebih cocok untuk kendaraan penumpang.
Desainnya lebih stabil dan aman untuk digunakan harian.
Banker sering disebut sebagai sosok yang berhasil menyempurnakan ide dari Munro. Karena itulah, sebagian pihak menganggapnya sebagai penemu sesungguhnya.
Bekerja di bawah naungan General Motors.
Memimpin pengembangan Hydra-Matic hingga sukses secara global.
Pendekatannya sangat teknis, namun hasilnya sangat praktis.
Meskipun tidak selalu mendapat spotlight, Thompson adalah otak di balik komersialisasi transmisi otomatis modern.
Baca Juga: Kenapa Transmisi CVT dan AT Bermasalah? Temukan Solusinya di Sini!
General Motors mempopulerkan Hydra-Matic.
Ford dan Chrysler ikut mengembangkan Cruise-O-Matic dan PowerFlite.
Meski unitnya besar dan berat, daya tahannya tinggi.
Muncul transmisi 3–4 percepatan.
Desain makin kompak dan ringan.
Banyak digunakan pada mobil FWD.
ECU mulai mengontrol perpindahan gigi.
Muncul mode manual seperti Tiptronic.
Konsumen mulai beralih dari manual ke otomatis.
CVT populer di mobil harian karena efisiensinya.
DCT cocok untuk performa tinggi seperti di mobil sport.
Shift-by-wire membuat desain interior jadi lebih simpel.
Meskipun teknologi ini digunakan setiap hari, tidak banyak yang tahu siapa penemu transmisi otomatis. Mengapa hal ini terjadi?
Informasi sejarahnya masih terbatas di media populer.
Fokus media otomotif lebih banyak ke fitur mobil, bukan teknologi dasar.
Literatur teknis jarang dibaca oleh masyarakat awam.
Karena itulah, penting bagi kita untuk mengenal dan menghargai sejarah inovasi yang sudah memudahkan hidup kita hari ini.
Dengan mengetahui sejarah transmisi otomatis, kita jadi lebih paham tentang bagaimana teknologi berkembang dari waktu ke waktu.
Memahami jenis transmisi membuat kita lebih cermat saat memilih mobil. Misalnya, CVT lebih cocok untuk kota, sementara AT konvensional lebih tangguh untuk medan berat.
Nama seperti Munro, Banker, Thompson, dan Araripe sering terlupakan. Padahal, tanpa mereka, berkendara hari ini bisa jadi jauh lebih rumit.
“Saya pribadi pernah membandingkan pengalaman menyetir dengan DCT dan CVT. DCT terasa sangat responsif, cocok untuk jalan bebas hambatan. Tapi CVT sangat nyaman untuk macet Jakarta. Pilihan transmisi itu bukan soal mana yang paling canggih, tapi mana yang paling cocok.”
Transmisi otomatis bukan sekadar fitur tambahan. Ini adalah hasil dari upaya panjang yang melibatkan ratusan insinyur dari berbagai negara. Teknologi ini telah berkembang dari sistem mekanik sederhana menjadi sistem elektronik super kompleks.
Oleh sebab itu, setiap kali Anda menggeser tuas ke posisi “D”, ingatlah bahwa Anda sedang menikmati hasil kerja keras puluhan tahun inovasi.
Alfred Horner Munro dari Kanada mematenkan sistem transmisi otomatis berbasis udara pada tahun 1923.
Hydra-Matic adalah transmisi otomatis produksi massal pertama di dunia. Teknologi ini membawa revolusi dalam industri otomotif.
CVT tidak memiliki gigi tetap dan menawarkan perpindahan yang sangat halus. Sementara itu, transmisi otomatis konvensional memiliki gigi dan lebih cocok untuk performa torsi tinggi.
Secara umum, AT konvensional lebih tahan lama, terutama jika digunakan di medan berat. Namun, CVT lebih efisien di lalu lintas kota.
Jika Anda menyukai artikel ini, silakan bagikan ke sesama pecinta otomotif. Semoga cerita sejarah ini bisa jadi bahan obrolan seru di komunitas mobil Anda!