Setiap kali kita berhenti di lampu merah sekarang, rasanya semakin sering kita melihat mobil tanpa suara knalpot melaju di samping kita. Ya, mobil listrik. Dari Wuling Air ev yang lincah di perkotaan hingga Hyundai IONIQ 5 yang futuristis, elektrifikasi seolah menjadi babak baru yang tak terhindarkan dalam dunia otomotif kita. Pemerintah pun terus mendorong adopsi kendaraan listrik dengan berbagai insentif.
Akan tetapi, pernahkah Anda berhenti sejenak dan berpikir, kapan sebenarnya mobil listrik ini pertama kali ada? Sebagian besar dari kita mungkin akan langsung menjawab “Tesla!” atau setidaknya berpikir ini adalah teknologi yang lahir di abad ke-21.
Pada kenyataannya, jawaban itu kurang tepat. Jauh sebelum Elon Musk menjadi buah bibir dan Gigafactory berdiri megah, ide tentang kendaraan bertenaga listrik sudah ada dan bahkan pernah mencapai puncak popularitasnya. Sejarahnya jauh lebih tua, lebih kompleks, dan jujur saja, jauh lebih menarik dari yang kita duga.
Kali ini, saya akan mengajak Anda melakukan perjalanan waktu. Kita akan mundur jauh ke belakang, melintasi dua abad, ke era di mana kereta kuda masih merajai jalanan dan mesin uap menjadi simbol kemajuan. Bersiaplah, karena kita akan membongkar mitos dan bertemu dengan para jenius yang visinya telah melampaui zaman mereka. Mari kita mulai.
Sebelum kita menyelam lebih dalam, penting bagi kita untuk menyamakan persepsi terlebih dahulu. Tesla memang mempelopori popularitas mobil listrik saat ini. Tidak ada yang bisa menyangkal bahwa gebrakan mereka dengan Roadster pada tahun 2008, dan kemudian Model S, berhasil mengubah pandangan dunia terhadap mobil listrik dari sekadar mobil golf aneh menjadi simbol performa, teknologi, dan masa depan.
Namun, menganggap Tesla sebagai penemu adalah sebuah kekeliruan. Kita lebih tepat menyebut mereka sebagai sang “revivalis” atau pembangkit kembali. Mereka berhasil membangkitkan sebuah teknologi yang sebenarnya telah lama tertidur.
Jika Anda mencoba mencari di internet tentang mobil listrik pertama, kemungkinan besar nama yang akan muncul adalah Robert Anderson, seorang penemu asal Skotlandia. Catatan sejarah menyebutkan ia menciptakan sebuah “kereta kuda listrik” (electric carriage) sekitar tahun 1832 hingga 1839.
Meskipun begitu, banyak sejarawan modern memperdebatkan status penemuan Anderson ini sebagai “mobil pertama”. Ada beberapa alasan kuat di baliknya:
Oleh karena itu, meskipun kita menghormati Anderson sebagai salah satu pionir awal dalam eksperimen elektrokimia untuk transportasi, kita merasa kurang tepat jika menyebutnya sebagai penemu mobil listrik pertama. Ini membawa kita pada sebuah pertanyaan penting: “Apa definisi ‘mobil listrik pertama’ yang kita cari?” Apakah itu model konsep pertama? Ataukah kendaraan fungsional pertama yang bisa membawa manusia? Atau mungkin, mobil listrik pertama yang seseorang produksi secara komersial?
Jawabannya ternyata tidak tunggal. Sejarah ini, pada hakikatnya, menggabungkan kontribusi dari banyak orang, layaknya sebuah mozaik.
Setelah menyingkirkan mitos Robert Anderson, kita bisa mulai fokus pada para tokoh dengan kontribusi yang jauh lebih signifikan dan bukti dokumentasi yang kuat. Ada setidaknya tiga nama yang layak mendapatkan sorotan utama sebagai peletak dasar sejati dari mobil listrik.
Kisah kita dimulai bukan di jalan raya, melainkan di dalam sebuah laboratorium di Hungaria. Di sana, seorang pendeta Benediktin sekaligus fisikawan brilian bernama Ányos Jedlik sedang asyik dengan eksperimen elektromagnetisme. Pada tahun 1828, jauh sebelum banyak orang membayangkannya, Jedlik berhasil menciptakan sebuah motor listrik arus searah (DC) yang andal.
Untuk mendemonstrasikan potensi motornya, ia kemudian membangun sebuah model kendaraan roda empat berukuran kecil. Model ini memang sangat mungil dan tidak mungkin ia naiki. Akan tetapi, model ini berhasil membuktikan sebuah konsep revolusioner: bahwa energi listrik dari baterai bisa berubah menjadi gerak putar untuk menggerakkan roda.
Dengan kata lain, Jedlik adalah orang pertama yang menciptakan “proof of concept”. Ia membuktikan bahwa ide mobil listrik bukanlah fiksi ilmiah. Meskipun demikian, karyanya murni sebatas eksperimen laboratorium dan belum bisa kita sebut sebagai mobil fungsional. Namun, tanpa percikan idenya, mungkin cerita selanjutnya tidak akan pernah ada.
Selanjutnya, kita melompat lebih dari 50 tahun ke depan, ke kota Paris yang sedang berada di puncak era Belle Époque atau “Era Indah”. Paris saat itu adalah pusat kebudayaan, seni, dan yang terpenting, inovasi teknologi dunia. Di tengah gemerlap inilah seorang insinyur jenius bernama Gustave Trouvé mencatatkan namanya dalam sejarah.
Trouvé adalah seorang penemu yang sangat produktif, dengan lebih dari 70 paten atas namanya. Pada bulan April 1881, ia melakukan sesuatu yang menggemparkan. Trouvé mengambil sebuah sepeda roda tiga (tricycle) buatan pabrikan Inggris, James Starley, lalu ia modifikasi secara brilian. Ia memasang motor listrik kecil buatan Siemens dan menyambungkannya ke satu set baterai timbal-asam (lead-acid) yang dapat ia isi ulang.
Alhasil, ia menciptakan Trouvé Tricycle. Pada tanggal 19 April 1881, Trouvé mengendarai kendaraannya ini di jalan Rue de Valois di pusat kota Paris. Momen ini menjadi bersejarah. Untuk pertama kalinya, seseorang berhasil menguji coba kendaraan listrik fungsional yang dapat ia kendalikan dan membawa penumpang di ruang publik.
Peristiwa ini sontak menjadi berita utama dan berbagai media meliputnya. Trouvé Tricycle mendapat pengakuan sebagai demonstrasi publik pertama dari sebuah kendaraan listrik pribadi. Oleh sebab itu, banyak sejarawan menobatkannya sebagai kandidat terkuat untuk gelar “mobil listrik fungsional pertama di dunia”.
Jika Trouvé adalah sang demonstrator, maka langkah berikutnya adalah evolusi dari prototipe menjadi produk. Di sinilah dua nama dari Inggris dan Jerman muncul sebagai tokoh kunci.
Singkatnya, dari Jedlik, Trouvé, Parker, hingga Flocken, kita melihat sebuah evolusi yang jelas. Proses ini bergerak dari ide konseptual, ke prototipe fungsional, hingga akhirnya menjadi sebuah produk yang siap untuk pasar.
Baca Juga: Cara Efektif Menghemat BBM pada Kendaraan Anda
Inilah bagian yang paling mengejutkan bagi banyak orang. Ternyata, pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, mobil listrik bukan hanya ada, tetapi juga sangat populer dan sempat mendominasi pasar, terutama di Amerika Serikat. Kita bisa menyebut era ini sebagai zaman keemasan pertama bagi mobil listrik.
Pada masa itu, ada tiga jenis teknologi yang bersaing untuk menjadi masa depan transportasi pribadi: uap, bensin, dan listrik.
Popularitas ini melahirkan banyak sekali produsen mobil listrik. Beberapa yang terbesar dan paling terkenal antara lain:
Pada puncaknya, sekitar sepertiga dari seluruh kendaraan di jalanan kota-kota besar Amerika seperti New York, Boston, dan Chicago adalah mobil listrik. Infrastruktur pendukung pun mulai tumbuh, dengan beberapa gedung apartemen yang menyediakan fasilitas pengisian daya di garasi mereka.
Melihat semua keunggulan dan popularitasnya, pertanyaan besarnya adalah: mengapa mobil listrik akhirnya lenyap dari peredaran dan tertidur selama puluhan tahun?
Jawabannya adalah kombinasi dari beberapa faktor kunci yang terjadi dalam rentang waktu yang sangat singkat.
Pada tahun 1908, Henry Ford merevolusi dunia industri. Ia memperkenalkan sistem lini perakitan (assembly line) untuk memproduksi mobilnya, Ford Model T. Inovasi ini secara drastis menekan biaya produksi.
Dengan demikian, Ford berhasil membuat mobil bensin menjadi sangat terjangkau bagi kalangan menengah ke bawah, sebuah pasar yang jauh lebih besar daripada pasar elit yang digarap oleh mobil listrik.
Kelemahan terbesar mobil bensin adalah proses menyalakannya yang sulit dan berbahaya. Namun, semua itu berubah pada tahun 1912 ketika Charles Kettering menemukan starter elektrik. Cadillac menjadi mobil pertama yang mengadopsi teknologi ini.
Penemuan ini seketika menghilangkan keunggulan utama mobil listrik dari segi kemudahan penggunaan. Pengemudi mobil bensin kini tidak perlu lagi keluar mobil dan bersusah payah dengan engkol tangan. Cukup dengan menekan tombol atau memutar kunci, mesin pun menyala.
Di saat yang bersamaan, dua perkembangan ekonomi besar turut memuluskan jalan bagi dominasi mobil bensin:
Alhasil, kombinasi dari harga yang murah, kemudahan penggunaan yang setara, bahan bakar yang melimpah, dan infrastruktur yang mendukung membuat mobil bensin menjadi pemenang yang tak terbantahkan. Permintaan untuk mobil listrik pun anjlok, dan para produsennya satu per satu gulung tikar pada era 1920-an dan 1930-an.
Jadi, jika kita kembali ke pertanyaan awal, sejarah mobil listrik pertama bukanlah tentang satu nama atau satu momen. Ini adalah sebuah kisah epik tentang evolusi teknologi, yang para visioner seperti Jedlik, Trouvé, dan Parker pelopori. Mereka adalah bukti bahwa ide kendaraan ramah lingkungan bukanlah hal baru.
Kisah zaman keemasan dan kejatuhan mobil listrik lebih dari seabad yang lalu memberikan kita sebuah pelajaran yang sangat berharga: teknologi terbaik di atas kertas tidak selalu menjadi pemenangnya. Faktor-faktor seperti harga, kemudahan, ekonomi, dan ketersediaan infrastruktur sering kali memainkan peran yang jauh lebih besar dalam menentukan teknologi mana yang akan masyarakat luas adopsi.
Kini, lebih dari 100 tahun kemudian, kita menyaksikan kebangkitan kembali mobil listrik. Ironisnya, perdebatan yang kita hadapi hari ini—kekhawatiran tentang jangkauan (range anxiety), ketersediaan stasiun pengisian daya, dan harga beli yang masih relatif tinggi—adalah gema dari tantangan yang sama yang para pionir hadapi di masa lalu.
Pada akhirnya, sejarah mobil listrik mengajarkan kita bahwa inovasi sering kali berjalan dalam siklus. Apa yang tampak seperti sebuah revolusi baru hari ini, sering kali adalah kebangkitan kembali dari sebuah ide lama yang akhirnya menemukan waktu dan tempat yang tepat untuk bersinar.
+ Jadi, siapa penemu mobil listrik pertama yang sebenarnya? Tidak ada satu jawaban pasti karena ini tergantung pada definisi “pertama”.
– Ányos Jedlik (1828) menciptakan model konsep pertama.
– Gustave Trouvé (1881) membuat kendaraan listrik fungsional pertama yang ia uji di jalanan umum. – Thomas Parker (1884) adalah orang pertama yang memproduksi mobil listrik praktis untuk ia jual.
+ Apakah benar istri Henry Ford, sang raja mobil bensin, justru memakai mobil listrik? Benar sekali. Catatan sejarah menunjukkan bahwa Clara Ford lebih suka mengendarai mobil Detroit Electric miliknya untuk aktivitas sehari-hari di kota karena lebih senyap, bersih, dan mudah ia operasikan dibandingkan mobil bensin buatan suaminya.
+ Mengapa mobil listrik yang dulu sempat kalah, sekarang bisa populer lagi? Beberapa faktor pendorong utamanya adalah:
– Krisis Iklim: Kesadaran global akan dampak emisi gas rumah kaca.
– Teknologi Baterai: Kemajuan pesat dalam teknologi baterai lithium-ion yang membuatnya lebih bertenaga, lebih ringan, dan jangkauannya lebih jauh.
– Dukungan Pemerintah: Banyak negara, termasuk Indonesia, memberikan insentif dan regulasi yang mendorong adopsi kendaraan listrik.
– Performa: Mobil listrik modern menawarkan akselerasi instan yang mengalahkan banyak mobil sport bensin.
+ Berapa kecepatan mobil listrik di zaman dulu? Mobil listrik pada era keemasannya (sekitar tahun 1900-an) umumnya bisa mencapai kecepatan antara 20 hingga 32 kilometer per jam (km/h). Orang-orang menganggap kecepatan ini sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan transportasi di dalam kota pada masa itu.