Mobil hybrid bukan sekadar tren, melainkan telah menjadi pilihan cerdas bagi pengendara yang ingin menghemat bahan bakar tanpa mengorbankan performa. Akan tetapi, perlu diingat bahwa teknologi secanggih apa pun tetap memerlukan perawatan yang tepat. Jika salah merawat, hal tersebut justru bisa menjadi bumerang dan membuat Anda mengeluarkan biaya servis yang jauh lebih besar.
Oleh karena itu, saya ingin berbagi daftar komponen mobil hibrida yang sebaiknya Anda periksa secara berkala. Saya menulis artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi dan juga hasil diskusi dengan beberapa teknisi serta pengguna mobil hibrida lainnya. Harapannya, Anda bisa lebih waspada dan tidak hanya mengandalkan lampu indikator di dasbor saja.
Sebelum masuk ke daftar komponen, mari kita pahami terlebih dahulu mengapa mobil hibrida harus mendapat perhatian lebih dibandingkan mobil konvensional.
Dengan memahami cara kerja dan potensi masalah dari setiap komponen, kita tentu akan lebih siap untuk melakukan pencegahan.
Ini adalah bagian paling vital dalam sistem hibrida. Jika rusak, biaya penggantiannya bisa mencapai puluhan juta rupiah. Karena itu, menjaga kondisi baterai adalah prioritas utama.
Ciri-ciri baterai mulai bermasalah:
Tips perawatan baterai:
Saya sendiri pernah merasakan performa mobil menurun drastis karena ventilasi baterai tersumbat debu dan bulu kucing. Sejak saat itu, saya rajin menyedot debu di sekitar kursi belakang setiap sebulan sekali.
Banyak pengguna awam yang mengabaikan bagian ini. Padahal, panas berlebih (overheat) adalah salah satu penyebab utama rusaknya baterai hibrida.
Komponen yang perlu Anda cek:
Tanda-tanda masalah:
Solusinya cukup sederhana: bersihkan filter udara dan saluran kipas secara berkala. Selain itu, jika perlu, ganti filternya setiap 20.000 km.
Inverter berfungsi mengubah arus DC dari baterai menjadi AC untuk motor listrik. Sementara itu, konverter DC-DC menurunkan tegangan agar sistem 12V (seperti audio dan lampu) dapat menggunakannya.
Mengapa komponen ini penting?
Tindakan preventif:
Saya biasa mengecek suhu inverter lewat aplikasi ponsel yang terhubung ke OBD Bluetooth. Dari sana, saya bisa tahu kapan perlu membawanya ke bengkel untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Motor listrik pada mobil hibrida berfungsi sebagai penggerak sekaligus generator saat deselerasi. Apabila bagian ini bermasalah, mobil akan terasa lemah saat berakselerasi.
Gejala awal:
Jika Anda mulai merasakan gejala seperti itu, segera bawa mobil ke bengkel resmi yang memiliki peralatan diagnosis lengkap. Sebab, motor ini terhubung langsung ke roda dan sistem hibrida, sehingga perbaikannya tidak bisa dilakukan sembarangan.
Meskipun jarang aktif, Anda tetap perlu memberikan perhatian pada mesin bensin. Mobil hibrida sering menggunakan mesin bensin dalam kondisi stop-and-go, sehingga komponen internalnya bisa lebih cepat aus jika Anda tidak mengganti oli tepat waktu.
Hal-hal yang wajib Anda cek:
Saya sendiri tetap mengganti oli setiap 8.000 km, meskipun pabrikan menyarankan setiap 10.000 km. Bagi saya, lebih cepat lebih aman, apalagi jika mobil sering dipakai di dalam kota.
Sistem rem ini bekerja ganda: memperlambat mobil dan mengubah energi gerak menjadi listrik. Namun, jika kampas atau sensornya bermasalah, efisiensinya bisa menurun drastis.
Tanda-tanda sistem rem regeneratif bermasalah:
Untuk itu, lakukan pemeriksaan pada kampas rem, sensor ABS, dan kalibrasi pedal rem secara berkala.
Beberapa ECU (Electronic Control Unit) yang berbeda mengendalikan sistem hibrida dan semuanya harus sinkron. Artinya, jika salah satu ECU mengalami galat (error), performa mobil akan terpengaruh secara menyeluruh.
Cara deteksi dini:
Saya pernah mengganti aki 12V tanpa menyambungkan arus cadangan. Alhasil, sistem hibrida mengalami galat dan harus saya reset di bengkel resmi.
Bagi Anda pemilik mobil hibrida plug-in (PHEV), sistem pengisian daya juga perlu dirawat. Port yang aus atau kotor bisa menyebabkan aliran daya tidak stabil.
Tips:
Beberapa mobil hibrida menggunakan sistem pendingin terpisah untuk mesin dan inverter. Jadi, jangan hanya memeriksa radiator utama.
Yang perlu Anda perhatikan:
Saya biasa mengganti coolant inverter setiap 40.000 km, lebih cepat dari rekomendasi pabrikan karena saya tinggal di daerah bersuhu tinggi.
Banyak yang mengabaikan aki 12V karena menganggapnya hanya mendukung sistem kecil. Padahal, jika aki ini mati, mobil hibrida tidak akan bisa menyala sama sekali.
Ciri-ciri aki lemah:
Solusinya sederhana: periksa tegangan aki secara rutin dan ganti jika usianya sudah lebih dari 2 tahun.
Agar lebih terjadwal dan tidak terlupakan, Anda bisa mengikuti panduan berikut:
Mobil hibrida memang menawarkan efisiensi bahan bakar dan pengalaman berkendara yang nyaman. Akan tetapi, Anda hanya bisa merasakan semua keunggulan itu jika mau meluangkan sedikit waktu untuk melakukan perawatan yang tepat.
Perlu diingat, komponen hibrida jauh lebih mahal dibandingkan mobil konvensional. Jadi, mencegah tentu lebih baik daripada harus mengganti.
Saya sendiri menganggap mobil hibrida seperti laptop. Jika kita menjaga suhu dan dayanya, performanya bisa awet bertahun-tahun. Sebaliknya, jika kita mengabaikannya, baru dua tahun saja sudah banyak komponen yang rusak.
T: Berapa umur rata-rata baterai hibrida? J: Umumnya mencapai 8–10 tahun atau sekitar 150.000–200.000 km, tergantung pada pemakaian dan perawatannya.
T: Apakah mobil hibrida tetap perlu ganti oli? J: Ya, tentu saja. Mesin bensinnya tetap bekerja, meskipun tidak seaktif mobil konvensional.
T: Apakah bisa servis mobil hibrida di bengkel umum? J: Untuk komponen dasar seperti oli atau rem, mungkin bisa. Namun, sistem hibrida dan kelistrikannya sebaiknya ditangani di bengkel resmi atau bengkel spesialis hibrida.
T: Apakah aki 12V pada mobil hibrida berbeda dari mobil biasa? J: Kapasitasnya biasanya lebih kecil, tetapi fungsinya sangat krusial. Tanpa aki 12V yang sehat, sistem hibrida tidak akan bisa aktif.